Maintenence
Dapatkan Ke PC

Monday, December 11, 2017

Histori Filsafat Ilmu - Filsafat Ilmu 4

Perkembangan filsafat terdiri dari beberapa masa. Berikut ini masa-masa yang dilalui oleh para pemikir filsafat dalam ide dan opininya.

Advertise

KODE IKLAN DISINI

Safe Link Converter

Encrypting your link and protect the link from viruses, malware, thief, etc!
Made your link safe to visit.





How to use our tool:

  1. Click on How To Use menu above.
  2. Click on the code and CTRL + C on your keyboard.
  3. Paste the code in your HTML blog theme before the </body>.
  4. Save your HTML blog theme. you are done!
  5. Now, your blog's outbound links was encrypted!

Advertise

KODE IKLAN DISINI

Your link show here



Advertise

KODE IKLAN DISINI



Histori Filsafat Ilmu - Filsafat Ilmu 4

Pertama, dimulai pada masa Yunani Kuna. Di masa Yunani Kuna (abad IV–VI SM) filsafat merupakan upaya manusia dalam keingintahuannya mencari kebijaksanaan. Secara etimologis arti filsafat, yaitu philosophia artinya senang. Penjabaran dari philosophia yaitu suka (philos) akan kebijaksanaan (sophia). Bagi orang Yunani, senang akan kebijaksanaan selalu diarahkan dengan kepandaian yang bersifat teoritis dan praktis. Kepandaian bersifat teoritis adalah upaya manusia mencari pengetahuan yang penuh dengan gagasan dan ide-ide ataupun konsep-konsep yang tentunya sejalan dengan cara atau alam pikiran mereka. Awal mula dari munculnya gagasan ataupun ide-ide diarahkan untuk memahami alam semesta berupa mitos mitos. Di dalam mitos-mitos tersebut, terdapat kekuatan alam semesta dari para Dewa. Sehingga bangsa Yunani pola pikiran bersifat magis bahkan dianggap tidak rasional, karena hanya Dewa menjadi kekuatan magis bagi kehidupan mereka.

Sedang kepandaian yang bersifat praktis adalah upaya mencari pengetahuan yang diarahkan untuk menemukan kegunaan dari pengetahuan itu. Apabila pengetahuan itu bermanfaat ataupun berguna, maka peran ataupun fungsi pengetahuan sangatlah berarti bagi manusia ataupun orang banyak. Bagi bangsa Yunani, pengetahuan praktis adalah pengetahuan yang mendasarkan pada suatu keterampilan dan memiliki tujuan tertentu. Keterampilan itu misalnya keterampilan atau keahlian membuat suatu bangunan, suatu karya sastra, suatu karya musik, atau seni suara, keterampilan olah tubuh atau berolahraga dan sebagainya.

Dari perkembangan secara historis, bangsa Yunani mengalami perubahan dalam cara berpikir, cara untuk mendapatkan pengetahuan yang berbeda dengan yang telah ada, yaitu mulai mengembangkan daya penalaran yang lebih rasional dan logis. Penalaran tersebut diaktualisasikan atau diwujudkan dengan bentuk mencari sebab terdalam atau “sebab pertama” dari alam semesta ini. Perubahan cara berpikir dari mitis ke logos (rasional) memunculkan juga pandangan para filsuf yang berusaha menguak rahasia alam dengan berbagai pendapat atau argumen tertentu yang lebih rasional. Seperti misalnya, para filsuf alam yaitu Thales yang berpendapat bahwa asas di dunia ini adalah air, sedang Anaximandros mengatakan asas itu adalah “yang tidak terbatas” (apeiron) dan Anaximenes menyebut udara sebagai asas pertama. Beberapa filsuf lainnya yang secara tidak langsung mewariskan pengetahuan pada umat di dunia ini seperti Plato (dengan dunia idea). Aristoteles (teori materi bentuk atau hilemorfisme), Phytagoras (dasar perhitungan aritmatika dan dalil Phytagoras) dan Hipocrates (dianggap sebagai Bapak Kedokteran sebagai ahli pengobatan).

Kedua, masa pada Abad Pertengahan (Middle Ages). Masa ini merupakan masa yang berlangsung sekitar sembilan abad dan pada awal Abad Masehi itu ditandai dengan munculnya para pujangga Kristen dan mereka mendasarkan pengetahuan keagamaan secara teologis. Alam pemikiran manusia di masa itu bersifat teosentris dan imago dei. Bersifat teosentris artinya dasar pengetahuan manusia diarahkan pada ajaran teosentris atau agama, sedang imago dei memiliki pengertian bahwa manusia di Abad Pertengahan dianggap sebagai citra Tuhan, manusia dalam bertindak, berperilaku haruslah sesuai dengan keinginan Tuhan, dan ajaran keagamaan. Pada Abad Pertengahan terjadi pertukaran kebudayaan antara bangsa Timur dengan bangsa Barat. Kebudayaan Arab mewarisi banyak karya Yunani Klasik. Banyak filsuf Arab seperti Ibnu Sina sangat berminat dengan ajaran Aristoteles dan ia memberikan dasar ilmu pengetahuan kedokteran di Barat. Karya-karya bangsa Yunani, khususnya ajaran dari Aristoteles banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh para filsuf Arab dan dari sanalah para filsuf Barat menerjemahkan dan mempelajarinya dan mengembangkannya ke dalam pemikiran para filsuf Barat.

Ketiga, Abad Renaissance (X–XVII). Abad ini merupakan abad yang sangat memperhatikan dan berpusat pada “kekuatan” manusia, tidak hanya kekuatan yang bersifat fisik, melainkan kemampuan akal budi manusia. Pengertian Renaissance atau kelahiran kembali diartikan sebagai lahirnya atau dihidupkannya kebudayaan Yunani Kuno dan Roma. Pada awalnya Abad Renaissance ditandai dengan gerakan kesenian, yaitu suatu gerakan yang mencoba menghadirkan karya-karya seni yang bernafaskan atau bergaya Yunani Kuno dan Roma. Bebagai karya seni seperti seni pahat, seni lukis, seni bangun, arsitektur, kesusasteraan, sangat mewarnai kehidupan bangsa Eropa pada waktu itu. Gerakan kesenian tersebut disebut juga sebagai Gerakan Seni Humanisme yang memuncak pada abad XIV dan pada karya-karya seni itu bercirikan harmonisasi di setiap bidang atau bagian, baik dari struktur, bentuk, ragam hias maupun estetisnya. Ciri lainnya adalah tampilnya nilai-nilai kemanusiaan, karya seni dan manusia dilihat secara alamiah atau natural serta nilai keagungan, yaitu menampilkan karya seni dalam kemegahan dengan membangun bangunan ataupun patung, lukisan yang berukuran besar, tinggi dan penuh dengan ragam hias/detil yang sangat beragam. Dari gerakan seni humanisme inilah, manusia Renaissance mulai mengadakan penyelidikan tentang pengetahuan yang mengarah pada kekuatan alam semesta. Timbul minat untuk menyelidiki ilmu pengetahuan kealaman dengan keinginan yang sangat besar untuk menguak rahasia alam. Alam semesta diamati, diselidiki dengan ketelitian yang sangat cermat dan didukung dengan pemikiran yang sangat rasional, bahkan sangat kuantitatif. Inilah awal mula munculnya ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu kedokteran, dan biologi. Beberapa tokoh Abad Renaissance seperti Pertrarca, Bocasio, Eramus, Michelangelo, Leonardo da Vinci, Galileo Galilei, Copernicus, J. Keppler sangat berperan dalam perkembangan seni dan ilmu pengetahuan kealaman di dunia ini.

Keempat, Abad Aufklaerung atau Pencerahan (abad XVIII). Puncak kejayaan bangsa Eropa ditandai dengan hadirnya masa Aufklaerung (yang disebut juga sebagai masa Pencerahan atau Fajar Budi). Abad ini merupakan abad kelanjutan dari masa Renaissance, kemampuan akal budi manusia diaktualisasikan dengan munculnya ilmu pengetahuan kealaman yang didukung dengan berbagai percobaan. Eksperimentasi yang berlandaskan aspek metodologis dan akademis. Faktor akademis yang telah dirintis sejak Abad Renaissance memunculkan kaum intelektual dari berbagai universitas di Eropa, yang mencoba menggabungkan antara unsur teoritis dengan unsur praktis. Mereka berupaya menginginkan bahwa ilmu pengetahuan harus memiliki peran dan berguna bagi orang banyak. Gerakan intelektual berkembang cepat di kawasan Eropa, seperti di Inggris, Perancis, Jerman dan Belanda. Salah satu sumbangan bagi kemajuan khasanah ilmu pengetahuan adalah munculnya kaum Ensiklopedis yang berusaha menyusun pemikiran-pemikiran tentang ilmu pengetahuan, kesenian, ke dalam sejumlah buku dan kelak kemudian lebih dikenal sebagai Ensiklopedi. Salah satu ensiklopedi yang tertua adalah ensiklopedi Britanica. Tokoh yang sangat terkenal dalam bidang fisika adalah Newton, David Hume tokoh Empirisme dari Inggris, serta Voltaire, Montesquieu dan J.J. Rousseau yang berasal dari Prancis, mereka adalah para ahli di bidang kenegaraan dan politik.

Kelima, pasca Aufklaerung yang mulai berlangsung pada abad XIX hingga abad XXI ini. Abad-abad tersebut ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Ilmu filsafat telah berkembang sebagai ilmu filsafat yang otonom, artinya memiliki objek, metode atau pendekatan yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu filsafat yang tetap berbasis kekritisannya dalam menganalisa kajiannya. Sedang ilmu pengetahuan berkembang menjadi 3 kelompok besar, yaitu ilmu pengetahuan kealaman, ilmu budaya, dan ilmu pengetahuan sosial. Ketiga cabang ilmu pengetahuan tersebut berkembang pula sehingga memiliki banyak cabang ilmu. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan manusia, maka pendekatan yang sifatnya kajian lintas ilmu, multi disiplin menyebabkan ilmu pengetahuan satu dengan lainnya saling bekerja sama untuk menghadapi kebutuhan (juga intelektualitas) manusia di dunia ini yang semakin kompleks. Untuk itulah para ilmuwan seakan-akan berlomba menciptakan teknologi baru dalam mengantisipasi arus globalisasi yang semakin cepat.

Filsafat Ilmu - Drs. Lies Sudibyo, M.H, Drs. Bambang Triyanto, M.M, Meidawati Suswandari, S.Pd., M.Pd.

No comments:

Post a Comment